Pekalongan, Lampung Timur — Pertanian organik semakin mendapatkan perhatian sebagai solusi utama dalam menghadapi tantangan lingkungan dan kesehatan. Untuk mendukung upaya ini, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Muhammadiyah Metro, yang terdiri dari Dr. Agus Sutanto, M.Si, Dr. Hening Widowati, M.Si, dan Nani Septiana, M.M., melakukan inovasi dan pemberdayaan bagi Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkah Anjani Sejahtera (BAS) di Desa Kalibening, Lampung Timur.
Pengabdian ini dilakukan melalui serangkaian penyuluhan, praktik lapangan, dan diskusi kelompok terarah yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anggota KWT terkait pentingnya praktik pertanian organik. Sebelum program ini, mayoritas anggota KWT masih menggunakan metode pertanian konvensional dengan pupuk kimia dan pestisida sintetis. Namun, setelah intervensi yang diberikan oleh tim PKM, kesadaran mereka mengalami peningkatan signifikan.
“Kami melihat adanya perubahan positif dalam pola pikir anggota KWT setelah mereka memahami manfaat ekonomi dan kesehatan dari pertanian organic. Sebagian besar dari mereka kini tertarik untuk beralih ke pertanian organik setelah mendapatkan edukasi yang tepat,” ujar Dr. Agus Sutanto, M.Si, Ketua Tim PKM UM Metro.
Menurutnya hasil pengabdian menunjukkan bahwa 80% anggota KWT tertarik untuk mempraktikkan pertanian organik, dan 70% di antaranya mulai beralih menggunakan pupuk organik dalam skala kecil.
Selain itu, faktor utama yang mendorong peningkatan kesadaran ini adalah edukasi yang terus-menerus, dukungan dari sesama anggota KWT dan keluarga, serta akses terhadap teknologi dan informasi. Pelatihan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan dinas pertanian setempat juga membantu para anggota memahami teknik-teknik pertanian organik yang lebih ramah lingkungan.
Namun, tantangan dalam penerapan pertanian organik tetap ada. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan akses terhadap teknologi yang diperlukan, serta kesulitan dalam memasarkan produk organik. “Kami berharap adanya dukungan berkelanjutan dari pemerintah dan lembaga terkait untuk membantu petani menghadapi kendala pemasaran produk organik,” ujar Dr. Hening Widowati, M.Si.
Lebih lanjut, Dr. Hening menerangkan bahwa beberapa anggota KWT merasa biaya yang diperlukan untuk menjalankan pertanian organik lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini memerlukan strategi khusus agar produk pertanian organik dari KWT Kalibening dapat bersaing di pasar lokal maupun online.
Sementara itu, Nani Septiana, M.M. menambahkan untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kampanye informasi yang intensif dan pelatihan yang lebih terstruktur bagi anggota KWT. Dukungan dari pemerintah, termasuk penyuluhan rutin dan bantuan teknis serta finansial, juga sangat penting. Dengan strategi pemasaran yang lebih efektif dan kemitraan dengan berbagai pihak, produk pertanian organik diharapkan dapat lebih mudah diakses oleh konsumen.
“Kami optimis bahwa dengan edukasi yang berkelanjutan dan dukungan dari berbagai pihak, KWT Kalibening dapat menjadi model bagi kelompok tani lain dalam mengadopsi pertanian organik,” kata Nani.
Ia juga menilai adanya kesadaran yang meningkat di kalangan anggota KWT Kalibening yang menunjukkan bahwa pertanian organik memiliki potensi besar untuk dikembangkan di wilayah pedesaan, terutama dengan adanya sinergi lintas sektor dalam mendukung kesejahteraan petani dan keberlanjutan lingkungan.
“Kami juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang telah mendanai program pengabdian kami, Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Tahun Anggaran 2024,” pungkasnya.
The post Tim PkM UM Metro Tingkatkan Kesadaran Pertanian Organik di KWT Kalibening appeared first on Universitas Muhammadiyah Metro.